Pilih Bahasa:

Senin, 08 Februari 2010

GUS DUR WALI KE-10?

Baru-baru ini ada polemik unik (walau tidak begitu menarik) di antaranya: Gus Dur dipersimpangan antara gelar pahlawan atau wali (Wah..wah, jangan-jangan malah cuma di persimpangan..). Bahkan ada wacana baru yang mentahbiskan Gus Dur jadi Wali Ke-10! Wow..

Di sini bukan hendak menyorot panjang lebar tentang "pahlawan" lagi pula tambah gak begitu penting.
Namun tema ini lebih menyorot masalah "WALI".

Menurut agama Islam yang mulia, wali tergolong menjadi dua: Wali Allah dan Wali Syaitan. Dan yang menjadi pembahasan di sini tentu adalah wali yang baik/ Wali Allah.

Menurut Aqidah Islam wali adalah orang-orang yang mendapatkan kemulian dari Allah disebabkan Iman dan ketaqwaan mereka. Kadang-kadang Allah memberika suatu 'Karamah' (tanda-tanda kemuliaan) pada orang tersebut. Namun hal ini tidaklah harus, dan bukan menjadi prasyarat wali. Di samping itu karamah itu anugerah Ilahi dan bukan sesuatu yang dipelajari (lelakon/ ritual tertentu untuk mendapatkannya), bukan pula wali Allah itu tandanya adalah sakti, bisa menghilang, mengubah batu jadi emas, memindahkan batu besar dengan kekuatan sediri, berjalan di atas air, suka aneh-aneh!! Begitulah yang disangka wali oleh sebagian orang primitif. Jika hal itu yang terjadi maka besar kemungkinan "wali" tersebut adalah walinya Syaitan untuk menyesatkan manusia. Waspadalah!

Lantas bagimanakah kriteria wali itu? Cukuplah Al Quran yang mulia yang akan menjelaskan.
Lihatlah Al Quran Surat ke-10 (Yunus) ayat 62-63:
"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa."

Jadi melihat ayat ini saja, jelas bagi kita tentang kriteria "Wali" yaitu: Iman dan selalu Bertaqwa.
Dan dengan demikian bukan wewenang manusia untuk menentukan seseorang itu wali dan bukan wali. Apalagi menentukan/ membatasi jumlah wali, misalnya menjadi "Walisongo" kemudian diusulkan lagi "Wali Sepuluh". Kalau yang dimaksud adalah walikota, wali murid, maka tidak menjadi masalah ada "dewan wali" seperti itu. Tapi jika yang dimaksud adalah wali Allah, oran-gorang mulia, maka siapa pun berhak menjadi golongan mereka: Orang yang beriman dan selalu bertaqwa.

Bagaimana mungkin manusia hendak membatasi calon penghuni syurga dengan 9, 10, 11,,? Wah, Bisa jadi Anda telah kehilangan jatah "kursi" tersebut., Na'uudzubillah.

Dan tentu saja meskipun ia Wali Allah, tidak harus punya keanehan-keanehan, punya kesaktian, dan lain-lain, apalagi jelas nampak kesesatan padanya dalam masalh agama dan keyakinan! Justru itu semua besar kemungkinan adalah wali syaitan untuk menipu dan menyesatkan manusia. Bukankah Allah telah berfirman:
"Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu" (QS Al-Baqarah ayat 208)

Juga "andaikata" orang tertentu adalah benar wali Allah, maka tetap saja tidak boleh kuburannya diagung-agungkan, tanah kuburnya menjadi rebutan untuk diminta berkahnya, seperti kebiasaan orang-orang yang salah didikan. Apa bedanya dengan orang-orang yang memperebutkan kotoran Kyai Slamet (nama Kerbau di keraton Surakarta) yang juga untuk mengharap berkahnya!? Jika yang terjadi demikian nyatalah bahwa syaitan berhasil menipu manusia, dan menusia tertipu itu tetap saja mengaggap benar amalan sesat tersebut!

Maka sekali lagi waspadalah wahai orang-orang yang diberi akal dan fikiran sehat...
Kembalilah ke jalan yang benar, kembalilah kepada Allah, sembahan yang benar, pencipta dan pemilik seluruh alam, sehingga tidak layak disekutukan, disandingkan dengan sesuatu apa pun, baik itu dengan malaikat, nabi, wali, orang shalih, dan lain-lain, apalagi kerbau!!!

Nah jika Wali Allah saja tetaplah mereka itu adalah makhluk yang tidak layak dielu-elukan dan disanjung berlebihan, baik saat hidup maupun setelah matinya, apalagi wali syaitan.....!!!

Segala puji bagi Allah yang karena dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. Saya memohon ampun kepada Allah.

Minggu, 07 Februari 2010

Kiat/Tips Istiqamah Dan Hambatan/Penghalang Istiqamah

Istiqamah adalah tetap teguh berada di atas jalan yang lurus atau konsisten di atas sebuah kebenaran, baik berupa keyakinan maupun sebuah amalan. Adapun kiat untuk meraih istiqomah di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Ilmu yang Nafi' (Ilmu yag bermanfaat)
Ilmu yang bermanfaat menjadikan orang yang beramal bertambah yakin dan kokoh dalam mempertahankan amalnya.

2. Tamassuk Bil Quran wassunnah (berpegang teguh dengan Al Quran dan As-Sunah).

3. Beramal secara pertengahan Tidak berlebihan.
Orang yang beramal secara pertengahan akan mengukur kemampuan dirinya, dan dengan berlebihan menyebabkan kebosanan dan pada akhirnya dapat meninggalkan kebaikan itu.

4. Shuhbah shalihah (teman/ lingkungan yang baik)
komunitas yang baik mampu mendukung keteguhan dalam beramal dan beragama..

5. Do'a kepada Allah
Contoh: "Ya Muqallibal Qulub.. Tsabbit Qalbi 'alaa diinika"
(Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah aku dalam agama-Mu)

PENGHALANG ISTIQAMAH:
PENGHALANG ISTIQAMAH:

1. Iblis
Iblis diberi umur panjang sehingga mereka berusaha menggunakan umur dan kesempatannya untuk menyesatkan manusia.
Cara iblis menjaring manusia yaitu dengan menggiring manusia agar melakukan dosa mulai tingkat terbesar hingga yang lebih ringan, yaitu dengan: Kufur dan Musyrik/ syirik, Bid'ah (mengada-ada perkara baru dalam urusan agama), dosa-dosa besar, dosa-dosa kecil, mengamalkan yang kurang utama meninggalkan yang lebih utama, dan seterusnya..
Maka kita berlindung kepada Allah dari jeratan iblis dan Syaitan.

2. Teman yang jelek
Teman yang jelek sangat jelas pengaruhnya. Berapa banyak orang yang tadinya memiiki jiwa yang lurus, namun akibat salah pergaulan dan salah "memilih" lingkungan hidup, tiba-tiba saja telah berubah menjadi jauh sekali. Maka lihatlah siapa teman dan lingkungan hidup Anda.

3 Hawa Nafsu:
Orang yang memperturutkan hawa nafsu akan sulit teguh di atas agama, ditambah kebiasaan menunda2, panjang angan-angan, dll

4. Terhempas dalam Fitnah (cobaan):
Fitnah syahwat maupun syubhat (kesesatan). Maksudya jika seseorang telah terhempas atau terjerumus dalam suatu fitnah (cobaan), misalnya fitnah syahwat dengan, kadang menjadikan orang yang dahulunya rajin dalam ilmu maupun amal tiba-tiba menghilang begitu saja.

5. Tidak Sabar
Tiadanya kesabaran seseorang juga bias menyebabkan orang tidak istiqamah, hal itu karena ia merasa berat denan cobaan itu dan pada akhirnya menyerah sebelum maksimal dalam memperjuangkan kesabaran itu.

Itulah beberapa kiat menjadi istiqamah beserta perkara yang dapat menjadi penghalag kita bisa istiqamah. semoga ita mampu mengabil pelajaran, dan Allah membimbing kita berada di atas jalan yang benar dan lurus. Wallahu A'lam.