Pilih Bahasa:

Sabtu, 16 Mei 2009

KEMULIAAN AKHLAK SALAF


Penyusun: Miftachul Mahmud Abu Raihan


Akhlak mulia merupakan perhiasan paling berharga bagi setiap pemiliknya. Salah satu tugas diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Dan Allah sendiri telah memuji Nabi-Nya karena kemuliaan akhlaknya:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan kamu (Muhammad) benar-benar di atas budi pekerti yang agung.
(QS.Al Qalam: 4)

Maka hendaknya kita mencontoh pribadi yang mulia tersebut dalam segala hal termasuk budi pekerti (akhlak), kemudian juga meneladani generasi terbaik ummat yaitu para shahabat Nabi yang mendapat didikan langsung dari beliau. Merekalah yang sering disebut generasi salaf atau Salafus-shalih (yang terdahulu dalam keshalihan).
Berikut ini beberapa akhlak mulia yang telah ditunjukkan oleh generasi terbaik ummat ini yang selayaknya kita teladani * :
1. Ikhlas dalam Ilmu dan amal serta takut riya’ (ingin dilihat).
Ikhlas berarti memurnikan segala amal hanya untuk Allah tanpa kesyirikan baik besar maupun kecil. Dan riya’ termasuk syirik kecil yang dosanya besar karena amal ibadah yang merupakan hak Allah ditujukan kepada selain-Nya (misalnya karena pujian dan sanjungan dari manusia).
2. Jujur dalam segala hal dan menjauhi kedustaan.
Nabi Bersabda: “Sesungguhnya jujur itu akan menunjuki pada kebaikan dan kebaikan akan menuntun ke syurga.”(HR. Bukhari dan Muslim)
3. Sungguh-sungguh dalam menunaikan amanat dan tidak khianat.
Termasuk dalam hal ini memenuhi janji.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”
(QS. Al Anfal: 27)
4. Menjunjung tinggi hak Allah dan Rasul-Nya.
Hak Allah yang paling tinggi adalah diibadahi tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Sedang hak Rasul yang terbesar adalah kita ittiba’ (mengikuti) sunnah-sunnah atau ajaran beliau dengan tanpa menyelisihinya. Kemudian merasa cukup dengan ajaran yang beliau bawa tanpa harus mangada-ada perkara baru dalam agama. Mentaati Rasul merupakan bukti ketaatan dan kecintaan hamba kepada Rabb-nya. (Lihat QS. Ali Imron: 31)
5. Meninggalkan kemunafikan.
Kemunafikan adalah sejelek-jelek perkara yaitu menampakkan keimanan tetapi menyembunyikan kekafiran. Jika bersama orang beriman mnampakkan keimanan dan jika kembali pada golongannya nampaklah permusuhannya. (Lihat: QS. Al Baqarah: 14)
6. Lembut hati, ingat mati dan takut akan Su’ul Khatimah (akhir yang jelek).
Orang yang hatinya lembut, mudah menangis karena Allah, suka mengingat mati maka ia akan menjadi hamba yang dekat dengan Rabb-nya dan Allah akan menyelamatkan dari akhir hayat yang jelek.
7. Banyak dzikir (mengingat Allah).
Selain sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah juga sebagai sarana pengobat hati yang duka dan gelisah. (Lihat Qs. Ar-Ra’du: 28)
8. Tidak bicara sia-sia.
Hal ini dapat dihindari dengan banyak mengingat Allah, hadir di majlis ilmu, membaca buku-buku yang bermanfaat.
9. Senyum (muka ceria) kepada sesama muslim, tawaadhu’ (rendah hati), dan tidak takabbur (sombong).
Sikap rendah hati justru akan meninggikan derajat dan kemuliaan. Seperti perkataan ulama dalam syairnya:

تواضع تكن كالنجم لاح لناظر # على صفحات الماء وهو رفيع
ولا تك كالدخان يرفع نفسه # الى طبقات الجو وهو وضيع
Rendahkanlah dirimu
Niscaya kau menjadi seperti bintang,
Orang melihatnya bercahaya di atas genangan air,
Padahal ia berada tinggi di atas….
Janganlah kau menjadi seperti asap
Yang mengangkat dirinya ke angkasa
Padahal dia (asalnya) rendah
(Dalam kitab Maalim fi thariiq Thalabil ‘Ilmi, karya syaikh Abdul Aziz bin Abdullah As-sidhan, Hlm. 267)
Sedang makna Takabbur atau sombong adalah seperti sabda Nabi berikut:
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”
(HR. muslim)
10. Banyak istighfar dan taubat.
Bertaubat diperintahkan dari segala dosa. Orang yang suka bertaubat akan masuk golongan orang mukmin. (QS. An-Nisa: 146). Terutama dosa terbesar yang harus segera bertaubat adalah Syirik kepada Allah yang jika pelakunya mati belum bertaubat tidak akan diampuni.
11. Sungguh-sungguh dalam bertaqwa, dan tidak mengaku-aku bertaqwa, serta senantiasa takut kepada Allah.
Taqwa sebagaimana dijelaskan oleh para ulama, di antaranya Imam Asy Syafi’i beliau berkata bahwa taqwa itu meliputi tiga pilar:
ü Takut kepada Allah
ü Menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya.
ü Beramal sesuai tuntunan syari’at Islam.
Taqwa merupakan benteng bagi orang mukmin di dunia dan di akhirat.
12. Sibuk dengan ‘aib sendiri dan menutupi ‘aib orang lain.
Orang yang menyadari akan ‘aibnya sendiri maka ia akan selamat dari meneliti kesalahan dan aib orang lain, serta berkesempatan untuk memperbaiki dirinya sendiri. Nabi bersabda:
“Barang siapa menutup ‘aib saudara mukminnya, maka Allah akan menutupi ‘aibnya di dunia dan di akhirat.” (HR. Muslim)
13. Senantiasa menjaga lisan dan tidak ghibah (menggunjing).
Lisan harus di jaga dari perbuatan yang haram seperti: ucapan kufur (Contoh mengatakan: ‘Syariat dan sunnah nabi sudah tidak relevan untuk zaman sekarang’)!, ucapan syirik (seperti perkataan: ‘Kalau bukan karena Fulan saya bisa begini atau begitu…’; minta perlindungan kepada penghuni tempat tertentu, dan lain-lain), ucapan maksiat, menggunjing, menyebarkan berita-berita yang belum jelas(Gosip), Nabi bersabda:
“Cukuplah seseorang telah berbuat dusta bila menceritakan setiap apa yang ia dengar” (HR. Muslim)
Dan termasuk larangan pula berbicara agama tanpa ilmu. Dengan menjaganya lisan berarti telah menyelamatkan dari bencana lisan.
14. Memiliki sifat pemalu.
Malu di sini adalah malu untuk berbuat maksiat, dan malu untuk menentang perintah-perintah Allah. Bukan malu untuk kebenaran, bukan malu untuk menjalankan syari’at agama…

15. Banyak memaafkan dan sabar terhadap orang yang menyakiti.
Suatu keniscayaan bahwa orang yang berbuat benar dan kebaikan akan ada penentangnya, seperti orang yang dapat nikmat juga ada orang yang iri dan dengki. Maka jalan terbaik adalah bersabar disertai keyakinan pada Allah. Dengan itu seseorang akan mendapat kedudukan tinggi di dunia dan akhirat. (lihat: QS. As-Sajdah: 24), di samping itu sifat pemaaf adalah akhlak terpuji (Qs. Ali Imron: 134).
16. Banyak shadaqah, dermawan, dan suka menolong orang yang susah.
Sadaqah merupakan bukti keimanan seseorang kepada Allah, yang mana orang yang bersedekah hanya mengharapkan balasan dari Allah semata. seperti sabda Nabi: والصدقة برهان
“ Sedekah adalah bukti” (HR. Muslim)
17. Mendamaikan saudara muslim.
Allah berfirman:
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Al Hujurat: 10)

18. Tidak hasad (iri, dengki) dan tidak buruk sangka.
Para ulama berkata: Hasad adalah.mengharap-harap hilangnya nikmat dari orang lain. Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah berkata: “Engkau tidak suka atas nikmat yang Allah berikan pada orang lain walau tanpa harapan akan hilangnya nikmat itu.”
Nabi berbsabda:
“Hasad itu dapat memakan kebaikan seperti api menghanguskan kayu”
(HR. Abu Dawud)
19. Berani mengatakan kebenaran tanpa ragu terhadapnya serta menyukainya.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar”.
(Qs. Al Hujurat:15).
“Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu temasuk orang-orang yang ragu-ragu”.
(QS. Yunus: 94).

Semoga Allah menganugerahi kita ilmu yang bermanfaat, Amiin.

[* Poin-poin pembahasan di atas menukil dari Buku “Prinsip Dasar Islam menurut Al Quran dan Sunnah yang Shahih” karya Ust. Yazid Abdul Qodir Jawas, dengan tambahan penjelasan beserta dalilnya secara ringkas, dibahas di Masjid Nurussalam, Gendongan – Salatiga..15-02-2009.]

Selasa, 12 Mei 2009

23 Kiat Hidup Bahagia


Oleh:
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dy

[1] Beriman dan beramal shalih dengan sebenarnya

[2] Berprilaku baik melalui ucapan, perbuatan dan segala bentuk kebajikan

[3] Sibuk dalam beramal (pekerjaan)dan sibuk dalam ilmu yanmg bermanfaat

[4] Konsentrasi untuk amal hari ini, tidak terhantui oleh fikiran-fikiran masa depan dan menjauhi kesedihan tentang masa lalu

[5] Memperbanyak dzikir kepada allah

[6] Mensyukuri berbagai ni’mat allah

[7] Pandanglah orang yang dibawah, anda akan lebih bersyukur dan melihat besarnya ni’mat allah.

[8] Berusaha menghilangkan dan melupakan penyebab kesedihan hati
[9] Berdo'a, memohon pembenahan dari allah dalam segala urusan

[10] Memandang ringan segala cobaan (dibandingkan besarnya karunia allah)

[11] Sikap optimis, jangan mudah terguncang oleh bayangan buruk

[12] Tawakkal (percaya penuh) kepada allah, tidak takluk kepada bayangan buruk

[13] Bersikap adil dan bijaksana dalam bergaul, menolak kejelekan dengan kebaikan

[14] Masa bahagia yang pendek itu, janganlah engkau pendekkan lagi dengan kegundahan kelarutan dalam kekeruhan pikiran.

[15] Yakinlah, bahwa cobaan itu kecil dibanding besarnya karunia.

[16] Jangan terpancing emosi oleh tutur kata buruk seseorang yang diarahkan kepada anda, sebab keburukan itu hanya akan merugikan diri mereka sendiri

[17] Arahkan pikiran ke sesuatu yang bermanfaat di sisi kehidupan religi maupun duniawi.

[18] Menata hati untuk mengharap pahala ilahi dalam berbuat kebajikan.

[19] Meraih dan melakukan al-fadha’il (tindak-tindak utama)

[20] ciptakan suasana jernih dan manis di balik kekeruhan

[21] Jadikanlah ketenangan batin dan pemusatan jiwa sebagai pembantu anda menangani pekerjaan penting.

[22] Selesaikan pekerjaan tepat waktu

[23] Memprioritaskan pekerjaan yang terpenting dahulu

(Sumber: Kitab "Al Wasail almufiidah lilhayaatis-sa'iidah" karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dy)

Jumat, 01 Mei 2009

Syair Ilmu


ومن فاته التعليم وقت شبابه # فكــبر اربعا لوفـــــاتــــــــه

حياة الفتى - والله – بالعلم والتقى # اذا لم يكونا لا اعتبار لذاته


Siapa yang tidak belajar di masa mudanya,
Bertakbirlah empat kali untuk kematiannya.
Hidupnya seorang pemuda –demi Allah-
Adalah dengan ilmu dan ketaqwaan
Sebab jika keduanya tiada padanya,
Maka tiada lagi jati dirinya……

(Diwan Imam Syafi'i)

Nasehat Imam Asy-Syafi'i


موقيع الامام الشافعي
من تـــعلم القرءان عظمت قيمته
ومن تـعلم الفقه نبل مقداره
ومن كتب الحديث قويت حجته
ومن تعلم الحساب جزل رئيه
ومن تعلم العربية رق طبعه
ومن لم يصن نفسه لم ينفعه علمه
وأول تلك العلوم وأسماها منزلة وأشرافها فدرا وأنبلها هدفا
كتاب الله عز وجل ...
الذي فيه الأيات المحكمات والسور المنزلات
فهو النور وهو الشفاء وهو الحكمة

توقيع
محمد بن ادريس الشافعي رحمه الله


Mutiara Nasihat Imam As-Syafi’i
Barang siapa mempelajari Al-Qur’an
Maka akan bertambah nilainya
Barang siapa mempelajari ilmu Fiqih
Maka akan bertambah kecerdasannya
Barang siapa mempelajari ilmu hisab
Maka akan melimpah pemikirannya
Barang siapa mempelajari Bahasa Arab
Maka akan bertambah lembut perangainya
Dan barang siapa tidak dapat menahan nafsunya
Maka ilmu tidak bisa memberi manfaat padanya
Dan yang paling pertama dari ilmu tersebut
Dan yang paling mulia derajatnya, paling tinggi kedudukannya,
paling mulia tujuannya:
Dia adalah Kitabullah Azza Wa Jalla
Yang padanya terdapat-ayat-ayat yang pasti,
dan surat-surat yang diturunkan
Dia adalah cahaya, dan dia adalah obat
Dan dia adalah hikmah…

Tertanda,

Al Imam Asy-Syafi'i Rahimahullah

Mutiara Para Ulama

Rendah Hati

تواضع تكن كالنجم لاح لناظر # على صفحات الماء وهو رفيع
ولا تك كالدخان يرفع نفسه # الى طبقات الجو وهو وضيع

Rendahkanlah dirimu
Niscaya kau menjadi seperti bintang,
Orang melihatnya bercahaya di atas genangan air,
Padahal ia berada tinggi di atas….
Janganlah kau menjadi seperti asap
Yang mengangkat dirinya ke angkasa
Padahal dia rendah
(Maalim fi thariiq Thalabil ‘Ilmi, Hlm. 267)